Bagaimana mungkin seorang mampu bekerja di luar batas kemampuan nya dan menghabiskan seluruh tenaganya hingga tidak mengenal lelah? Atau bagaimana mungkin seorang pelaut yang harus berlayar hingga bertahun-tahun meninggalkan keluarga tercinta? Atau seorang kuli yang harus bekerja di tengah panas terik dan dingin nya malam? Kadang semua dirasakan diluar batas kemampuan manusia, namun contoh-contoh ini merupakan sebuah realitas kekinian yang sangat sering kita jumpai.

Kekuatan apa yang mereka miliki hingga mampu mendorong mereka begitu kuat secara fisik dan tangguh secara mental? Sedangkan disudut-sudut tempat lain, banyak kita jumpai mereka-mereka yang mengeluh hanya karena persoalan yang tak lebih besar dari ujung kuku mereka.

Kekuatan itu adalah Cinta……
Cintalah yang melahirkan kekuatan sehingga mereka tersebut mampu melakukan pekerjaan diluar batas kemampuan mereka sendiri. Cinta yang melahirkan harapan dan pengabdian bagi kepada siapakah mereka mempersembahkan hasil kerja mereka; ntah itu kepada keluarga nun jauh disana; kepada masyarakat banyak yang membutuhkan karya mereka; kepada alam yang mengasuh mereka; kepada masa depan kehidupan yang sejahtera; atau kepada hati tempat cinta itu mengalir.

Jadi bila kita berkeluh kesah hanya karena harus memperpanjang waktu kerja beberapa jam saja, maka kenanglah orang-orang yang terus melakukan hal diluar batas kemampuan mereka yang dipersembahkan kepada kita. Salah satunya adalah Ayah kita…..

Catatan singkat ini tiba-tiba mengalir ketika mendengarkan lagu lama Ebiet G Ade, yang berjudul Titip Rindu Untuk Ayah.

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu

Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras

namun kau tetap tabah hm…

Meski nafasmu kadang tersengal

memikul beban yang makin sarat kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan

Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…

Namun semangat tak pernah pudar

meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia

Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita

Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan

Anakmu sekarang banyak menanggung beban

Apa-apa yang telah kita lakukan saat ini mungkin sangat jauh dari apa-apa yang pernah Ayah kita kerjakan. Beban hidup yang saat ini mungkin kita alami, mungkin sangat jauh dari beban hidup yang pernah Ayah kita alami. Namun, ternyata Dia mampu bertahan dengan segala keterbasannya. Dan itu tentu saja karena cintanya kepada kita, anak-anaknya. Dan karena hal itu, aku pun mengatakan “Terima Kasih Ayah atas pelajaran tentang keikhlasan dalam melakukan hal-hal diluar batas kemampuan hingga aku mampu bertahan dalam segala beban yang ada pundak hingga saat ini”