Dalam sebuah pertemuan singkat aku dan beberapa temanku dengan bapak tua yang selalu kami jumpai di tempat kami biasa berkumpul, beliau tiba-tiba menawarkan kepada kami selembar uang 100 ribuan. Dan tawaran tersebut langsung saja kami terima. Lalu sebelum beliau memberikan uang itu, uang tersebut diremas-remas dengan tangannya dan kembali menawarkan uang itu kepada kami. Dan tentu saja kami masih mau menerima uang itu.
Tapi ternyata tidak sampai disitu, bapak tua yang berjenggot tebal itu kemudian menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjaknya berkali-kali dengan sepatunya. Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi. Sambil tersenyum kecil, dia menawarkan kembali uang itu kepada kami, dan ternyata yang tetap menghendaki tawaran uang itu juga tetap banyak.
Setelah sempat beberapa detik beliau diam, dengan suara beratnya bapak tua itu berkata “Apapun yang terjadi dengan uang ini, kalian masih berminat karena apa yang Aku lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai Rp.100.000,00.
Dalam kehidupan ini kalian mungkin pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kalian buat dan situasi yang menerpa diri. Dalam kondisi seperti itu, kalian merasa tak berharga, tak berarti. Padahal apapun yang telah dan akan terjadi, kalian tidak pernah akan kehilangan nilai atas diri kalian sendiri. Dan nilai diri itu hanya akan kalian dapatkan ketika kalian berbuat kebaikan” Dan bapak tua, -yang selalu datang dan pergi secara misterius- itu pun meninggalkan selembar 100 ribu di meja dan pergi sambil tersenyum seperti yang biasa dia lakukan selama ini.