Kisah tentang Hachiko, si Anjing Setia sudah lama saya dengar bahkan file film nya juga sudah beberapa waktu yang lalu tersimpan dalam harddisk laptop. Namun film itu tak tersentuh sedikitpun. Baru akhirnya beberapa malam yang lalu ketika insomnia kembali “menyerang” film itu saya putar. Dan ternyata, film ini memang penuh dengan nilai seperti yang pernah saya dengar dari teman-teman yang sudah menonton sebelumnya.

Kisah Hachiko di angkat dalam film yang berjudul Hachiko; A Dog Story yang diperankan oleh Richard Gere yang merupakan saduran ulang dari film Jepang produksi 1987, Hachiko Monogatari yang dibintangi oleh Nakadai dan film tersebut pernah menggemparkan Jepang, dan mencetak rekor penjualan tiket sebesar 4 milyar Yen

Mungkin teman-teman yang lain sudah banyak mengetahui tentang kisah Hachiko ini, namun tidak ada salahnya saya ulas lagi dari filmnya dan dari beberapa sumber yang saya dapatkan.

Film ini memang persis sama dengan kisah aslinya. Hachiko hidup tahun 1923-1935 di Jepang. Seorang Profesor yang mengajar di bidang pertanian bernama Hidesaburo Ueno di tahun 1924, membawanya ke Tokyo dan memelihara Hachiko. Setiap hari mereka selalu pergi bersama-sama. Hachiko selalu menemani Profesor Ueno ke stasiun kereta Shibuya untuk pergi mengajar di kampus, dan menanti majikannya pulang di Stasiun.

Pada bulan Mei 1925, Profesor Ueno terserang stroke fatal saat mengajar, ia pun meninggal dunia. Hachiko yang tidak mengetahui hal itu tetap datang menjemput majikannya di stasiun Shibuya dan menunggu dengan sabar meskipun Profesor Ueno tidak akan datang lagi.

Hachiko yang selalu ada di sana pada jam yang sama, yaitu jam kedatangan kereta sore menunggu kedatangan Profesor Ueno setiap sore hingga 10 tahun kemudian. Akhirnya pada tahun 1935, Hachiko meninggal di depan stasiun Shibuya, tepat saat kedatangan kereta sore, di tempat di mana ia selalu setia menunggu Profesor Ueno untuk pulang bersama.

Pada bulan April 1934, Pemerintah Jepang mendirikan patung Hachiko yang terbuat dari bahan perunggu tepat di depan stasiun Shibuya sebagai perlambangan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Namun pada masa PD II, patung tersebut dilebur untuk keperluan perang. Akhirnya pada tahun 1948, Takeshi Ando, yang merupakan anak dari seniman pembuat patung Hachiko yang pertama, kembali membuat patung tersebut.

Selain itu, patung yang sama juga didirikan di Odate, kota kelahiran Hachiko. Patung/boneka berisi kapas yang identik dengan Hachiko pun dibuat dan sekarang berada di Japan’s National Nature and Science Museum. Pemerintah dan rakyat Jepang sangat menghargai dan sering kali mengambil contoh loyalitas Hachiko dalam segala perbuatan mereka sehari-hari.

Pada bulan Mei 1994, Japan’s Culture Broadcasting Network memutarkan rekaman yang berisi suara gonggongan Hachiko yang dahulu sempat terekam. Mereka menggunakan teknologi laser untuk memperbaiki rekaman yang sudah parah kondisinya tersebut. Rakyat Jepang akhirnya dapat mendengar suara Hachiko setelah 59 tahun kematiannya.

Saat ini, setiap tanggal 8 April, rakyat Jepang selalu memperingatinya sebagai Hari Hachiko, hari di mana manusia bisa mencontoh sikap setia seekor anjing dalam kehidupan sehari-hari.

Dan dari mana nama Hachiko itu muncul? Dalam film yang dibintangi Richard Gere tersebut, dia menemukan sebuah kalung di leher Hachiko yang bertuliskan kata HACHI yang berarti DELAPAN. Angka delapan merupakan angka keberuntungan menurut bangsa Jepang. Karena angka delapan berarti juga kebahagian. Dan secara filosofi, angka delapan yang tidak berujung dan berpangkal membentuk lingkaran dari bawah (atau bumi) lalu ke atas (atau angit) dan kembali lagi ke bawah (atau bumi), juga dimaknai sebagai sebuah proses kehidupan manusia.

Begitulah Hachiko, si Anjing yang setia menunggu majikannya hingga 10 tahun walaupun Tuan nya sudah tiada. Di saat loyalitas saat ini sudah menjadi barang yang langka, sekiranya manusia juga perlu belajar dari Hachiko