ini masih tentang ruang dan waktu
tentang keberadan manusia dalam realitas kehidupan
tentang kebenaran manusia dalam paradigma yg berbeda

 

ruang ternyata masih mempermaikanku
perjalanan yang seharusnya sederhana,
ternyata memiliki kelokan tajam
dan tak tau entah kemana akhir perjalanannya
bahkan mungkin saja membawa kepada pulau yg tak bernama

 

dan tak ubahnya pula sang waktu
aku tak bisa menyebutnya sebagai senja,
padahal ia sangat gelap,
apa lagi harus menyebutnya sebagai siang,
tidak mungkin karena matahari sudah tak ada lagi disana

 

dialektika ruang dan waktu..
ternyata hanya menyisakan sisi hitam dan putih
dan diselingi tawa dan tangis